Setiap kelahiran yang diharapkan adalah jiwa yang suci. Kesucian dan kemurnian ada pada bayi. Aku bisa bilang bahwa aku diharapkan oleh kedua orang tua ku dan itu adalah sebuah kebahagiaan bagiku. Masa masa yang kulalui bersama kedua orang tua, masa masa aku belajar lebih banyak pelajaran hidup dibanding pelajaran sekolah. Fase susah sampai bahagia, derita yang aku ikuti. Setetes keringat pun aku tidak bisa menghentikan nya jatuh dari pelupuk mata ayah. Sampai kabar bahwa aku tidak akan pernah lagi melihat ia menggenggam tanganku, menggendong tubuh ku. Aku menyesal karena tidak sadar bahwa waktu ayah hanya sebentar untukku. Aku bersalah karena sedikit bicara padanya. Aku adalah anak kecil yang egois saat itu. Waktu itu aku duduk di bangku sekolah menengah pertama kelulusan saat ternyata cinta yang aku miliki telah pergi dibawa ayah. Bersama ibu, aku melihat sosok perempuan keturunan kartini. Sangat gigih dan tegas. Wanita ini lah yang telah membentuk sikap ku sampai aku benar-benar paham baik buruknya semuanya demi kebaikan ku. Ibu, jika saja ibu sakit aku rela meminta pada Tuhan untuk memberikan rasa sakit itu padaku saja. Aku tahu, kita telah melewati keadaan hidup ini sampai aku ingin berniat meninggalkanmu, itu semua karena perdebatan dengan mu yang tidak pernah ada benang lurus nya. Aku selalu kalah bahkan aku tidak pernah bisa menang darinya karena memang harus seperti itu. Semua yang terjadi ini adalah nilai yang berharga pada proses hidup ku, Tuhan menciptakan ku demikian dengan sebuah sifat yang lemah di anggap orang lain tanpa mereka tahu dan mengenal lebih dalam. Makin bertambah usia makin bertambah pula penyakit Mental, aku lelah, aku minder dan harapan ku yang terkikis oleh segala problema dan penerimaan diri di masyarakat. Dunia memberikan ku begitu banyak rasa hingga aku tidak mau apa-apa lagi, ditambah arus yang membawa ku tak jelas kemana. Mungkin akan lebih baik jika di dalam penjara. Tuhan, semesta ini terlalu luas untuk ku jelajahi hingga aku hanya bisa bermimpi. Bermimpi agar aku dapat tinggal sendiri di hutan yang tenang tanpa terpengaruh trend diluar yang mengharuskan kami harus selalu punya uang, harus menikah, punya anak bahkan harus bekerja. Lalu mereka yang tidak begitu adalah sampah. Betapa muaknya aku sehingga aku berharap untuk tidak pernah ada di dunia ini, menjadi pemeran bahkan menjadi penonton.
Saat ini aku mengasihani diriku
kasian.... waktu hidupku diperpanjang disaat aku putus asa, disaat aku sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, disaat aku merasa jahat, namun amarah tidak lagi menyisakan tenaga.
Aku harus menyaksikan dunia diambang kepunahan. Disaat alam semesta tidak bisa menolak walau diracuni dan disaat manusia meninggal satu persatu.
Menyaksikan tiaptiap jiwa yang bergejolak ingin keluar menolak sepi, mereka takut sakit jiwa seperti ku. Sepeninggal manusia ada dua hal dalam ingatan yaitu kenangan berkesan baik atau hutang pertanda tidak baik, maka jangan sengaja menyakiti hati manusia karena segala hal akan memiliki balasan dan barangkali kesan dan pesan akan berharga diantara sekarat nya dunia. Kita tak pernah merasa benar-benar baik ketika Kehilangan sesuatu, hanya meyakini Satu hal seperti hujan yang Akan mereda pada waktunya.
Komentar
Posting Komentar